Minggu, 01 Juli 2012

Pengembangan bahan ajar

             Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Menulis buku teks
2. Memilih dan menata bahan menjadi bahan ajar yang tersusun
3. Memilih bahan yang sudah ada

Ada tiga tahapan utama dalam penulisan buku teks:
1. Perancangan awal ( pre-design)
2. Perancangan ( design)
3. Per ancangan akhir (post-design)
   
   Tahap pre-design terkait dengan perencanaan yakni pengambilan keputusan tentang ruang lingkup dan tujuan penulisan bahan ajar. Penulis perlu mengetahui siapa sasaran pengguna bukun teks itu,dan bagaimana buku teks itu digunakan.
   Tahap design terkait dengan pembuatan dokumen (penulisan buku teks). Tahap ini meliputi pemilihan isi, mengorganisasi isi dan menyajikannya dengan bahasa yang jelas dan lugas dan bila perlu disertai ilustrasi yang tapat.
   Tahap post-design terkait dengan penyuntingan (editing) dengan uji coba, dan revisi berdasarkan uji coba. tujuan tahap post-design adalah mengembangkan dokumen dengan prosedur yang cermat melalui proses editing, uji coba lapangan, dan penulisan ulang untuk memperbaiki dokumen berdasarkan masukan dari lapangan.
   

GAPTEK

TERNYATA WALAUPUN SARJANA LULUSAN TAHUN 1994 YANG DALAM KESEHARIAN PEKERJAANNYA HANYA NGURUS ANAK DAN SUAMI SERTA HIDUP DIJAMAN YANG SERBA JADUL SEKARANG SEDIKIT DEMI SEDIKIT MULAI MENGENAL INTERNET DAN BISANYA MASIH SEPERTI INI. MOHON MAAF APABILA ARTIKEL SAYA INI MASIH AMBURADUL DAN MASIH MORAT MARIT DALAM PENGETIKAN.TAK LUPA SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH YANG SEBANYAK-BANYAKNYA UNTUK KEPALA MTS PLUS RADEN PAKU BESERTA INSTRUKTURYA YANG TELAH MEMBIMBING SAYA SEORANG GURU MTS PLUS RADEN PAKU YANG GAPTEK DAN JADUL SEKARANG TELAH MENJADI GURU YANG MENGENAL AKAN TEKNOLOGI DAN TAHU AKAN PENTINGNYA INTERNET DALAM PENGEMBANGAN PROFESI SAYA SEBAGAI GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK.

Selasa, 19 Juni 2012

CONTOH PEMBELAJARAN MEMFASILITASI BELAJAR SISWA

    
       Hakikat pembelajaran yang mendidik adalah memfasilitasi belajar siswa. Berikut diberikan contoh skenario pembelajaran sains dengan menggunakan Siklus Belajar Glasson ( merujuk Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 ), dan dibangun dengan komunikasi transaksional yang khas.


      Fase 1. Persiapan dan Perencanaan
Guru melakukan klarifikasi diri atas tindakan yang akan diambil


- Apa tujuan pembelajaran?
- Hasil konseptual apa yang saya inginkan?
- Apa konsepsi intuitif (miskonsepsi) yang ingin saya ubah?
- Teknik probing apa yang efektif?
- Bagaimana pemahaman siswa diukur?

Setelah itu guru menyiapkan bahan ajar yang diperlukan dan merencanakan kegiatan. Penting bagi guru bahwa pada tahap ini guru harus memahami isi secara baik.


     Fase 2. Eksplorasi dsn Klarifikasi
Bagaimana pandangan atau konsepsi siswa tentang sains?
Guru memberi fokus kemudian memulai kegiatan menggali pandangan atau konsepsi siswa(probing) dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan menggali. Kegiatan bisa dibantu dengan perangkat pendukung pembelajaran, biasanya berupa hand-on, untuk mengeksplorasi ide-ide siswa.


     Fase 3. Tantangan
Siswa terlibat dalam kegiatan yang didesan menantang pandangan-pandangan intuitif mereka. Misalnya meliputi:
   - Kegiatan secara berturut-turut :   prediksi -  observasi - eksplanasi/penjelasan
   - Kegiatan eksplorasi terbuka
   - Tugas-tugas yang menantang
Di dalam diskusi kegitan guru memfasilitasi siswa mangubah pandangan alternatifnya, dengan menunjukkan bukti-bukti dari pandangan para saintis.


     Fase 4. Investigasi dan Eksplorasi
Pada fase ini  siswa melakukan investigasi dan mengeksplorasi pertanyyan-pertanyaan mereka. Investigasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk eksperimen atau observasi lapangan dan konsultasi dengan ahli. Siswa mungkin berbicara dengan orang orang tua atau teman sejawat, menulis surat, membaca buku atau artikel jurnal untuk mendapatkan informasi.


     Fase 5.  Aplikasi dan Ekstensi
Pada fase ini ide saintifik dimantapkan, diperluas dan diperhalus.
Wahananya dapat berupa diskusi dan debat tentang pandangan ahli atau guru memberi problem sederhana dan mendorong siswa memecahkan masalahnya secara elegan dengan menggunakan pandangan saintifiknya.


     Fase 6. Refleksi
Pada fase terakhir ini guru mendorong siswa untuk mengevaluasi belajar mereka dengan membandingkan ide-ide mereka dengan ide-ide pendahulunya., merefleksikan pada strategi yang mereka gunakan untuk belajar. Guru mendorong refleksi metakognitif ini, dan siswa men-share temuan dan pandangan-pandangaaya pada guru dan teman sejawat.
Contoh pembelajaran ini mungkin dapat memberikan ilustrasi yang berguna untuk menrembangkan pembelajaran pada bidang-bidang studi lain.


Diambil dari buku PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU SMOGA BERMANFAAT BAGI PEMBACANYA

Jumat, 15 Juni 2012

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN

               Pada saat mngajar para guru sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang berkaitan dengan bagaimana cara mempermudah belajar siswa.
Guru atau instruktur perlu memberi kemudahan atau fasilitas dalam menyampaikan informasi, sebaliknya siswa yang mudah menerima informasi akan belajar lebih gairah dan termotivasi.
Bahwa banyak unsur yang berpangaruh  dan mempermudah siswa dalam pembelajaran.
Salah satu unsur itu adalah MEDIA PEMBELAJARAN.
Penggunaan media pembelajaran secara umum adalah untuk memberikan dukungan suplementer secara langsung kepada guru.
Media  pembelajaran yang dirancang secara memadai dapat meningkatkan dan memajukan belajar dan memberikan dukungan pada pembelajaran yang berbasis guru dan tingkat keefektifan media pembelajaran tergantung pada guru itu sendiri.

             PROSEDUR DAN PRINSIP PEMILIHAN MEDIA
Prosedur atau langkah-langkah yang perlu kita perhatikan dalam memilih media pembelajaran:
1. Identifikasi ciri-ciri media yang diperlukan sesuai dengsan kondisi ,unjuk kerja atau tingkat setiap    tujuan pembelajaran.
2. Identifikasi karakteristik siswa yang memerlukan media pembelajan khusus.
3. Identifikasi karakteristik lingkungan belajar berkenaan dengan media pembelajaran yang akan digunakan.
4. Identifiikasi pertimbangan-pertimbangan praktis yang memungkinkan media mana yang mudah diusahakan atau dilaksanakan.
5. Identifikasi faktor ekonomi dan organisasi yang mungkin menentukan kemudahan penggunaan media pembelajaran.

PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MEDIA
1. Tak ada satupun media prosedur dan pengalaman belajar yang paling baik untuk belajar percayalah bahwa penggunaan media itu sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran.
2.Anda harus mengetahui secara menyeluruh kesesuaian antara isi dan tujuan khusus program.
3. Media harus mempertimbangkan kesesuaian antara penggunaannya dengan cara pembelajaran yang dipilih
4. Pemilihan media itu sendiri jangan tergantung pada pemilihan dan penggunaan media tertentu saja
5. Sadarlah bahwa media yang paling baik pun apabila tida dimanfaatkan secara baik akan berdampak kurang baik

6. Kita menyadari bahwa pengalaman,kesukaan minat dan kemampuan individu serta gaya belajar mungkin berpangaruh terhadap hasil penggunaan media
7. Kita menyadari bahwa sumber-sumber dan pengalaman belajar bukanlah hal-hal yang berkaitan dengan baik atau buruk tetapi sumber-sumber dan pengalaman belajar ini berkaitan dengan hal yang konkrit atau abstrak.

Minggu, 10 Juni 2012

MEMPERLUAS TAKSONOMI TUJUAN PEMBELAJARAN

       
          Taksonomi Bloom mengklasifikasi hasil pembelajaran menjadi tiga ranah, yaitu
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik

Ranah Kognitif
Bloom mengklasifikasi menjadi enam tingkat:
1. Pengetahuan (C1) : klasifikasi yang menekankan pada mengingat yakni mengungkapkan atau mengenal kembali sesuatu yang telah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Jenis-jenisnya meliputi (1) Pengetahuan spesifik, (2) pengetahuan tentang cara dan definisi sesuatu yang spesifik, (3)pengetahuan umum dalam sesuatu bidang.
2. Pemahaman (C2)
Menekankan pengubahan pada informasi kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami
Bentuk pemahaman ini adalah:1. Translasi, 2. Interprestasi, 3. Ekstrapolasi
3. Penerapan (C3)
Menggunakan abstraksi pada situasi tertentu dan konkrit. Penekanannya pada pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
4. Analisis (C4)
Memilih informasi kedalam satuan-satuan bagian yang lebih rinci sehingga dapat dikenali fungsinya .
5. Sintetis (C5)
Penyusunan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan atau pola pengetahuan yang baru berupa susunan komunikasi yang unik.
6. Penilaian (C5)
Pertimbangan-pertimbangan nilai tentang sesuatu bahan atau metode untuk tujuan tertentu.

Ranah sikap (afektif)
Krathwohl, Bloom dan Masia mengembangkan ranah sikap menjadi lima tingkat:
1. Menerima (A1)
Berkaitan dengan keinginan untuk terbuka terhadap stimulus atau pesan-pesan yang berasal dari lingkungannya.
2. Merespon. (A2)
Pada tingkat ini muncul keinginan untuk melakukan tindakan sebagai respon terhadap stimulus.
3. Menghargai (A3)
Rasa puas dan nikmat ketika melakukan respon atau stimulus menyebabkan individu ingin secara konsisten menampilkan tindakan itu dalam situasi yang serupa.
4. Mengorganisasi (A4)
Individu yang sudah konsisten dan berhasil menampilkan suatu nilai pada suatu saat akan menghadapi situasi dimana lebih dari satu nilai yang ditampilkan.
5. Karakteristik (A5)
Bertindak konsisten sesuai nilai yang dimilikinya.

Ranah Psikomotorik
Simpson mengklasifikasikan menjadi:
1. Persepsi (M1)
2. Kesiapan (M2)
3. Respon terbimbing (M3)
4. Mekanisme (M4)
5. Respon terpola (M5)